, Author

Kisah arsitektural dari R3 Studio tentang bagaimana kontur, vegetasi, dan keinginan klien berpadu dalam sebuah villa tropis modern di Karangasem.

Overview Proyek

  • Nama Proyek: Villa 3 Lantai
  • Lokasi: Seraya Barat, Karangasem, Bali
  • Arsitek: R3 Studio
  • Klien: Pak Maringan & Pak Tony
  • Luas Lahan: 470 m²
  • Luas Bangunan: 355,48 m²
  • Lanskap Taman Jepang: 37,93 m²
  • Jumlah Lantai: 3
  • Gaya Desain: Industrial Japandi

Merespons Lahan, Memahami Iklim, Mewujudkan Imajinasi

Saat pertama kali kami dari R3 Studio mendapatkan informasi mengenai lokasi proyek di Seraya Barat, Karangasem, satu hal langsung terpikir: potensi alam yang begitu kuat. Lahan seluas 470 meter persegi ini berada di lereng yang berkontur, dikelilingi vegetasi tropis yang lebat, dan menghadap ke arah utara—arah yang secara pasif sangat menguntungkan untuk strategi pencahayaan dan ventilasi alami di wilayah tropis seperti Bali. Klien kami, Pak Maringan dan Pak Tony, memiliki visi yang cukup jelas sejak awal: sebuah villa tiga lantai yang tenang, alami, namun tetap berkarakter modern. Permintaan mereka mencakup taman depan bertema Jepang (Japandi frontyard), kolam renang, ruang berkumpul keluarga, kamar-kamar privat, serta penthouse dengan area sunbathing. Lebih dari itu, mereka berharap bangunan ini bisa menyatu dengan kontur lahan dan kehidupan sosial budaya sekitar—tanpa menghilangkan identitas visual yang kuat.

Baca Juga : PTR House di Bantul – Menyiasati Lahan Hook dengan Sentuhan Modern Tropis dan Mezzanine

Industrial Japandi: Menjembatani Dua Dunia

Sebagai arsitek, kami memilih pendekatan Industrial Japandi sebagai gaya utama desain. Ada sesuatu yang meditatif dalam kesederhanaan Japandi—dan justru kekontrasan inilah yang kami padukan dengan struktur industrial yang kuat dan jujur. Fasad bangunan banyak mengekspos material asli seperti semen ekspos, bata tempel, dan besi hollow hitam. Untuk menyeimbangkan nuansa dingin material industrial, kami menyisipkan kisi-kisi kayu horizontal sebagai elemen secondary skin yang berfungsi sebagai penghalang sinar matahari langsung sekaligus memperkuat estetika Japandi. Kombinasi warna yang kami pilih adalah abu-abu netral, coklat kayu, dan putih bersih—sebuah palet yang tenang namun tetap memberi kedalaman visual dan kehangatan emosional bagi pengguna ruang.

Mengalir Vertikal: Narasi Ruang Tiga Lantai

Lantai 1: Komunal & Lanskap Terbuka Masuk dari area parkir, pengunjung langsung disambut oleh taman Jepang yang kami rancang berundak sesuai kontur. Foyer utama menjadi ruang transisi menuju area ruang keluarga, ruang makan, dapur, ruang meeting, dan area servis. Di sisi belakang, kolam renang dan kolam air mancur menjadi titik gravitasi visual dan pengalaman sensorik—menggambarkan keterhubungan ruang dalam dan luar yang cair. Lantai 2: Ruang Privasi dan Aktivitas Keluarga Di lantai ini, terdapat tiga kamar tidur yang masing-masing dilengkapi toilet dalam. Untuk memperkuat interaksi keluarga, kami sisipkan family activity room—ruang fleksibel yang bisa difungsikan sebagai ruang kerja santai, ruang bermain, atau sekadar berkumpul sambil menikmati pemandangan sekitar dari jendela besar yang kami desain terbuka penuh. Lantai 3: Eksklusif dan Meditatif Lantai paling atas dikhususkan untuk kamar tidur penthouse, dilengkapi toilet dalam serta area terbuka untuk sunbathing. Area ini sekaligus menjadi tempat terbaik menikmati langit pagi Karangasem yang sering cerah, atau bintang-bintang di malam yang sepi. Kami menyusun ruangan ini dengan material paling minim, memaksimalkan pencahayaan alami dan visual terbuka, sesuai semangat Japandi.

Baca juga : Bukan Kekurangan Arsitek, Tapi Kesadaran yang Masih Rendah

Desain Lanskap dan Konteks Sosial

Salah satu tantangan terbesar kami adalah merespons kondisi drainase lokal yang belum terkelola secara sistemik. Oleh karena itu, kami merancang sistem septic tank dan saluran limbah tertutup yang terintegrasi dengan taman dan vegetasi. Selain itu, untuk menjaga hubungan dengan warga sekitar dan menghormati budaya lokal, kami merancang area sembahyang kecil dekat parkiran—ruang spiritual yang dapat digunakan warga setempat. Pagar beton dengan tanaman rambat membingkai bangunan tanpa menciptakan batas visual yang kaku. Kami ingin agar Villa ini tetap bisa “bernapas” secara sosial—tidak mengurung diri dari komunitas, tetapi tetap memberi privasi yang cukup.

Arsitektur sebagai Dialog

Sebagai arsitek, kami percaya bahwa arsitektur terbaik adalah yang mampu menjadi dialog antara lahan, pengguna, dan lingkungan. Villa ini bukan sekadar tempat tinggal temporer di Bali. Ia adalah narasi tentang bagaimana arsitektur tropis modern bisa sekaligus kuat secara visual, lembut secara emosional, dan kontekstual secara sosial. Melalui proyek ini, kami dari R3 Studio ingin memperlihatkan bagaimana pendekatan desain yang hati-hati dan berakar pada pemahaman lokal dapat melahirkan bangunan yang tak hanya indah dilihat, tapi juga nyaman dihuni dan bermakna untuk komunitas sekitar.
Architectural Design, Commercial