Berbekal survey lokasi untuk melakukan pengukuran di daerah Ngemplak, Sleman, DIY, menandakan dimulainya tahapan proses desain project kali ini. Klien yang juga tinggal di sekitar lahan ikut menemani melakukan pengukuran lahan seluas ±293 m2 ini, saat pengukuran, kami juga melakukan diskusi tatap muka terkait bagaimana konsep yang diinginkan klien, dengan concern utama bagaimana merespon kondisi tropis, terlebih mengenai orientasi tapak yang menghadap ke sisi barat- Jasa Arsitek Rumah Tropis Yogyakarta.
Baca juga: Rumah Tropical Modern ANDA House – Jakarta Selatan
Klien sangat mengerti dan sudah pernah merasakan bagaimana jika ruangan berada di sisi barat yang terkena langsung sinar matahari sore. Hal ini memang cukup dihindari ketika seorang arsitek memiliki project dengan orientasi dominansi lahan ke sisi barat. Oleh karena itu, bangunan ini nantinya diharapkan dapat merespon kontekstual kondisi sekitar lahan dengan salah satu solusi memberi barrier, dapat berupa permainan gubahan massa, secondary skin, atau vegetasi.
Pengalaman klien selama tinggal di rumah sekarang menjadi bekal dalam mendesain FIN House. Mulai dari persoalan talang dan atap dak yang akan merepotkan ketika ada abu dari letusan Gunung Merapi, gagalnya cor beton yang memasukkan sedikit banyak air hujan kedalam rumah, panasnya rumah ketika terpapar matahari sore, sampai sulitnya untuk melakukan maintenance ketika dibutuhkan- Jasa Arsitek Rumah Tropis Yogyakarta.
Baca juga: Rumah Minimalis SSN House – Bontang, Kalimantan Timur
Gubahan Massa
Klien berencana untuk memiliki 2 gubahan rumah, yaitu rumah berbentuk konvensional dan rumah limasan. Beliau juga sudah sempat memiliki coretan denah yang diajukan ke kami untuk dapat menjadi bekal dalam proses desain. Dalam proses pembuatan denah, intensitas diskusi dapat dikatakan cukup intens dengan tujuan nantinya kebutuhan dan kenyamanan penghuni ketika menempati dapat maksimal. Carport yang berada di depan antara dua bangunan rumah diteruskan ke area masing-masing teras rumah. Teras rumah memiliki luas ±9.2 m2 yang nanti juga akan menjadi tempat kumpul saat warga sekitar melakukan ronda, teras dan dapur merupakan ruang yang bersentuhan langsung dengan sinar matahari sore, dikarenakan ruang-ruang tersebut tidak digunakan secara berkala, teras yang hanya digunakaan saat malam, dan dapur ketika ingin memasak-Jasa Arsitek Rumah Tropis Yogyakarta.
Zona yang membutuhkan kenyamanan termal seperti ruang keluarga dan kamar tidur diposisikan berada di tengah dan belakang rumah, dengan tetap memastikan adanya pencahayaan alami dan sirkulasi udara yang baik melalui bukaan-bukaan. Kamar tidur memiliki area taman dan dek masing-masing untuk bisa bersantai di belakang rumah yang tetep bersifat privat. Posisi toilet yang biasanya sering dianggap remeh, kami posisikan agar pemipaan tidak melewati bagian dalam rumah, baik toilet pada lantai bawah, lantai atas, dan rumah limasan, sehingga ketika ingin melakukan perawatan dapat dilakukan secara mudah. Ketika denah sudah disepakati, proses desain berlanjut ke dalam tahap 3D- Jasa Arsitek Rumah Yogyakarta.
Baca juga: Rumah Scandinavia Javanese Javandis House – Bantul, Yogyakarta
Fasad Bangunan
Di tahap 3D, kami tidak terlalu mengalami kesulitan dikarenakan hal-hal yang menunjang tahap ini sedikit banyak sudah didiskusikan di tahapan denah. Klien tidak menginginkan kesan maskulin yang cenderung memiliki banyak sudut di tampilan rumah, namun kesederhanaan bentuk dengan tetap menjaga estetika lah yang lebih diutamakan, karena klien sempat berpendapat bahwa bangunan atau arsitektur dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang ‘feminin’. Oleh karena itu, kami menjaga dan menambahkan proporsi-proporsi desain yang mendukung estetika dari fin-house, dimulai dari kemiringan atap yang tidak terlalu tinggi sehingga dapat enak dipandang dari luar, tone warna yang mendekati warna alam, dan juga pemilihan material yang tidak terlalu brutal- Jasa Arsitek Rumah Tropis Yogyakarta.
Baca juga: Rumah Industrial OMAH SIJI – Semarang, Jawa Tengah
Hal-hal detail juga diperhatikan guna mendukung estetika tiap sisi rumah, permainan perbedaan material di teras, yang merupakan kombinasi antara bata ekspos dan plesteran ekspos, juga ditambah kokohnya pintu kayu jati selebar 90cm yang sengaja dibuat lebih besar dari lainnya menambah tekstur ruang dan kenyamanan indera ketika teras digunakan di malam hari. Di area dalam ketika memasuki pintu pagar kayu menuju rumah limasan, harmoni peletakan aksen bata ekspos yang dihadapkan dengan ukiran kapur warna cream juga diposisikan secara detail- Jasa Arsitek Rumah Tropis Yogyakarta.
Leave A Comment